Televisi sekarang telah menjelma sebagai sahabat yang aktif menemani anak-anak. Bahkan di lingkungan keluarga yang orang tuanya sibuk bekerja di luar rumah, televisi telah berfungsi ganda, yaitu sebagai penyedia hiburan serta sebagai pengganti peran orang tua dalam mendampingi anak-anak.
Harus diakui, belakangan ini
berbagai tayangan televisi cenderung kurang selektif. Tayangan sinetron, misalnya, saat ini didominasi oleh tayangan percintaan orang
dewasa, mistis, kekerasan. Jika terus-terusan ditonton anak, hal ini akan membawa pengaruh tidak baik.
Masih minimnya
komitmen televisi dalam mendidik anak-anak tampaknya menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi para
pemilik dan pengelola televisi. Orientasi pendidikan perlu menjadi semangat penyedia televisi dalam
rangka membantu tugas orang tua, sekolah dan masyarakat dalam mengajarkan dan
mendidik anak-anak.
Dalam situasi
demikian,
tentu akan kontra produktif jika beberapa stasiun televisi menayangkan berbagai
acara yang kurang memupuk upaya penanaman nilai agama dan budi pekerti. Untuk
itu, sudah saatnya para pengelola televisi dituntut kesediaannya dalam
memperbanyak acara yang edukatif. Sebaliknya mengurangi tayangan yang negatif seperti sinetron
yang bertemakan percintaan antara siswa dengan gurunya, intrik antar gadis
dalam memperebutkan cowok keren, kebiasaan hedonisme.
Munculnya
beberapa TV lokal maupun nasional, sebenarnya disambut hangat oleh publik. Hal ini lantaran publik
merasa memperoleh tambahan berbagai sajian acara baru yang lebih beragam. Lahirnya TV sanggat
diharapkan akan memberikan pencerahan budaya sekaligus pencerdasan melalui
sajian informasi yang disampaikan secara tajam, objektif dan akurat. Dengan sajian informasi
yang tajam, maka akan mencerdaskan masyarakat dalam memahami berbagai persolan
aktual baik di bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Disamping itu, TV akan memperluas pengetahuan masyarakat jika mereka aktif mengikuti
acara dialog, debat, diskusi dan berbagai acara informatif-edukatif lain yang
ditayangkan TV.
Namun tak dapat
dipungkiri kehadiran
beberapa TV semakin mempertajam tingkat kompetisi bisnis penyiaran di Indonesia.
Sebagai konsekuensinya, penyedia
layanan TV, harus memutar otak untuk memilih strategi dalam menggait
pemirsa.
Peran orang tua
Tanyangan TV terbukti cukup efektif dalam membentuk
dan mempengaruhi perilaku anak-anak lantaran media ini sekarang telah berfungsi
sebagai rujukan dan wahana peniruan.
Untuk membantu anak agar dapat memanfaatkan tayangan TV
secara positif, sangat membutuhkan peran optimal orang tua terutama dalam
mendampingi dan mengawasi.
Orang tua perlu
terus mananamkan daya pikir yang kreatif anak dalam belajar. Orang tua tidak
perlu melarang anaknya menonton TV. Yang justru mendapat perhatian serius
adalah bagaimana orang tua memilihkan acara yang betul-betul bermanfaat bagi
pendidikan dan perkembangan anaknya.
Pengawasan orang tua terhadap tayangan TV dapat
dilakukan secara langsung kepada stasiun TV. Caranya, orang tua dapat
melayangkan protes kepada stasiun TV yang menayangkan acara yang dianggap
bernilai negatif. Melalui telepon, fax, email, dan SMS. Pengawasan terhadap tayangan TV akan bertambah optimal ketika Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bersama masyarakat saling kerjasama dalam
mengawasi tayangan yang tidak baik.
Alfian
Jaringan Radio Komunitas Lampung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar