Percuma saja ribuan lulusan yang dihasilkan perguruan tinggi, bila jutaan massa rakyat dibiarkan bodoh. Niscaya, lulusan – lulusan itu akan menjadi penindas baru bagi rakyatnya. (Y.B Mangunwijaya/Romo Mangun)
Sejarah gerakan mahasiswa, sejatinya adalah sebuah gerakan yang dibentuk
oleh mahasiswa yang menginginkan sebuah perubahan. Apakah perubahan itu?
Bagaimana bentuk dan caranya? Itu akan sangat bervariasi dari masa ke masa.
Namun demikian satu yang jelas bahwa gerakan mahasiswa bisa menjadi pemicu
perubahan tidak terlepas dari mahasiswa yang mempunyai waktu yang lebih
dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya. Selain itu juga memiliki akses
lebih terhadap informasi. Kedua hal itu memungkinkan mereka dapat dengan
relatif mudah memahami kondisi terkini dan mengkritisi setiap kebijakan yang
tidak berpihak kepada rakyat.
Namun dengan
berkembangnya neoliberalisme dan privatisasi (atau komersialisasi) kampus
membuat mahasiswa menjadi semakin pasif dalam mengkritisi permasalah yang ada
baik didalam kampus maupun diluar kampus. Hal ini tidak terlepas dari kurikulum
pendidikan yang semakin ketat, peraturan absensi yang memberatkan, hingga tidak
adanya akses atau saluran bagi mahasiswa untuk mengkritisi berbagai kondisi
kampus. Mahasiswa kini hanya mendapatkan materi-materi kuliah yang tidak dapat
menjawab persoalan dalam kehidupan sehari-hari rakyat dan justru melanggengkan
penindasan.
Lahan Pemodal
Dalam
sitem kapitalisme, pemilik
modal mendapatkan keuntungan dengan mengambil nilai lebih dari klas buruh. Sejatinya tanpa klas buruh
maka roda produksi dan masyarakat pun tidak akan berjalan. Dengan metode perjuangan pula klas buruh
dapat memberikan pukulan yang cukup besar kepada sistem kapitalisme, contohnya dengan pemogokan. Di dalam kampus terdapat
kondisi yang berbeda, mahasiswa
tidak secara langsung berhubungan dengan corak produksi kapitalisme. Demikian sejatinya mahasiswa
tidak memiliki kepentingan mendasar untuk menghancurkan sistem kapitalisme. Pukulan sistem kapitalisme
akan bersifat relatif, namun
dapat menjadi pemicu. Dengan
demikian baik perjuangan maupun kesadaran masyarakatlah syarat persatuan dengan
klas buruh.
Perkembangan
neolibralisme semakin membuat pendidikan tinggi menjadi sulit untuk diakses
oleh rakyat. Institusi
pendidikan telah menjadi ladang untuk mengakumulasikan modal, karena itu biaya pendidikan
selalu meningkat. Sehingga
semakin lama semakin sedikit bahkan tidak ada lagi anak-anak buruh, petani, ataupun rakyat lainnya yang
mengenyam pendidikan tinggi. Maka
semakin sedikit kedekatan mereka dengan klas buruh dan rakyat tertindas
lainnya.
Kondisi diatas merupakan
sebuah kesalahan ketika mahasiswa disempitkan hanya pada isu-isu kampus dan
mahasiswa. Karena
mahasiswa tidak mampu merubah sistem ini sendir. Namun disisi lain juga tidak
tepat ketika kemudian memaksakan agar gerakan mahasiswa hanya membawa isu-isu
politik nasional tanpa kemudian melihat kondisi basis massa di kampus. Dimana mahasiswa sekedar
menjadi alat dari elit-elit politik yang tersingkir dari kekuasaan untuk
memukul elit politik yang berkuasa dengan isu penggulingan, reshuffle cabinet,dsb.
Persoalan Rakyat
Organisasi mahasiswa tersebut
pertama harus mempu membangun intelektual organik didalam organisasinya maupun
kampus. Budaya
intelektual organik merupakan bentuk perlawanan terhadap intelektual yang
terbangun dalam institusi pendidikan borjuis. Dimana terjadi pemisahan
antara intelektual dan kerja fisik, ilmu
pengetahuan yang diajarkan didalam pendidikan tinggi tidak mampu menjawab
persoalan rakyat dan tidak memajukan rakyat. Demikian tidak melibatkan
civitas akademik dalam dunia pendidikan tinggi.
Untuk membangun budaya
intelektual organik tersebut, maka
hak-hak ekonomi, sosial
dan politik mahasiswa harus direbut. Hak-hak
tersebut banyak terangkum dalam program pendidikan gratis, ilmiah, demokratis dan berwatak kerakyatan. Namun hal tersebut harus terus
di kampanyekan, diperjuangkan
dan dijelaskan hingga ke tingkat paling rendah dalam sistem pendidikan kita
seperti akses demokratis mahasiwa untuk menentukan metode pengajaran di
kelas-kelas. Demikian
program tersebut harus diintegrasikan dengan perjuangan klas buruh dan rakyat
tertindas lainnya. Hanya
dengan begitu maka dapat terbangun gerakan mahasiwa yang tegas berperspektif
membangun tatanan masyarakat baru yang egaliter dan sejahtera.
Redyson Candra Jaya
Dewan Penasehat Keluarga Besar Mahasiswa Banjit
diterbitkan Lampost, Kolom OPINI pada Selasa, 8 Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar