Acara televisi kini semakin
memprihatinkan. Terlebih lagi dengan banyaknya stasiun televisi swasta yang
saling berebut pemirsa. Masing-masing stasiun televisi adu program. Pada
akhirnya banyak program yang tidak lagi mengindahkan rambu-rambu, apakah
tayangan itu mendidik atau tidak.
Dibandingkan dengan media cetak
dan radio, televisi adalah sebuah media yang paling efektif. Karena mampu menutupi
kekurangan dua media tersebut. Jika koran, orang harus dapat membaca untuk tahu
isinya, kemudian radio harus memiliki imajinasi, televisi hadir untuk
menyempurnakannya. Pemirsa cukup duduk dan melihat, semua isinya akan terlihat
di layar kaca itu. Namun sifat televisi yang mudah diakses ini sekaligus
sebagai kekurangannya, karena tak bisa membatasi usia atau golongan pemirsanya.
Ketentuan atau rambu-rambu televisi di Indonesia sangat longgar. Sama saja bohong, apabila ada tayangan untuk dewasa tapi diiklankan pada tayangan keluarga. Ada juga film-film Indonesia yang sebetulnya untuk dewasa tetapi disiarkan pada pagi atau siang hari. Belum lagi film asing seperti film Cina, India.
Untuk mencegah semakin longgarnya tanggung jawab televisi terhadap pemirsanya dibutuhkan peran aktif masayarakat, misalnya dengan membentuk kelompok, yang fokus memgkritisi tayangan TV. Pemerintah juga harus menerapkan aturan-aturan yang tegas dan jelas terhadap tayangan-tayangan yang dapat merusak moralitas masyarakat sehingga generasi penerus tidak diracuni oleh tayangan kekerasan, pornografi dan mistis.
Dampak Menonton TV
1. Mendorong
Anak Menjadi Konsumtif, karena anak-anak merupakan target utama tayangan IKLAN
2. Mengurangi
Semangat Belajar, tayangan TV sangat simpel dan membuat ketagihan
3. Mengurangi Kreatifitas,
dengan menonton TV anak-anak kurang untuk bermain sehingga menjadi manusia yang
individualis
Kegiatan Jika Tidak Menonton TV
1.
Bermain,
dengan bermain anak belajar banyak hal
2.
Jalan-Jalan,
baik untuk kesehatan anak
3.
Membaca
koran/mendengarkan radio
Alfian
Jaringan Radio Komunitas Lampung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar