Selasa, 03 Juli 2012

Tayangan Mistis, Merusak Pemirsa


Persaingan dunia telivisi swasta di Indonesia untuk memperebutkan pemirsanya, membuat pengelola stasiun telivisi berusaha sekeras mungkin untuk menyajikan tayangan yang sekiranya dapat menarik perhatian pemirsa. Tidak peduli apakah tayangan itu mendidik atau tidak. Salah satu tayangan yang mereka persembahkan kepada pemirsa adalah tayangan yang bernuansa mistis, horor yang dikemas dalam setting menegangkan, lucu, action, komedi atau drama.

Mengapa tayangan horor atau mistis itu menarik? mengapa tayangan itu begitu diminati oleh pemirsa TV dari segala segmen usia ? Dalam konsep psikologi, manusia adalah mahluk yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Terhadap hal-hal yang sifatnya tidak jelas, manusia terdorong untuk membuka ketidakjelasan tersebut menjadi hal yang jelas dan terbuka. Demikian pula halnya dengan dua goib, atau dunia mistis sebagai hal yang tidak jelas atau abstrak.

Bagi orang dewasa, tayangan horor bisa menjadi hiburan yang menegangkan. Hal ini karena orang dewasa mempunyai kesadaran yang nyata bahwa apa yang mereka lihat hanyalah sebuah tontonan, bukan realita yang sebenarnya. Berbeda dengan pemirsa anak-anak. Dalam mengkonsumsi sebuah tayangan TV, anak menganggap apa yang mereka lihat dan mereka dengar adalah sebuah realita. Akal pikir mereka belum dapat menangkap bahwa tayangan film adalah sebuah rekayasa elektronik dengan berbagai trik dan efek buatan sehingga tayangan tersebut seperti kejadian nyata dan benar-benar hidup. Disinilah pentingnya orang tua memberi penjelasan kepada anak-anak ketika melihat sebuah tayangan TV, baik itu tayangan kekerasan maupun horor.

Horor atau mistis adalah misteri. Secara psikologis tayangan misteri akan membawa dampak negatif terhadap perkembangan kognisi dan afeksi anak, terutama dalam hal cara berfikir dan memecahkan masalah. Semua menyajikan kemustahilan yang akan membawa anak kepada pemikiran praktis dan memperlemah perjuangan anak dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya, sehingga anak menjadi irrasional dan berfikir instan. Kondisi ini akan berdampak pada terbentuknya kepribadian yang tidak berdaya.


Alfian
Jaringan Radio Komunitas Lampung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar