Perkembangan
industri penyiaran telivisi di Indonesia terakhir ini berlangsung
dengan sangat cepat. Sebelum tahun 1990 dunia penyiaran televisi di Indonesia hanya ada
satu stasiun telivisi nasional yang dikelola oleh negara, yaitu TVRI. Setelah itu bermunculan stasiun-stasiun swasta.
Keberhasilan pembangunan sektor televisi nasional Indonesia ini, di
satu sisi memberi harapan tersedianya media komunikasi massa yang efektif untuk
menyampaikan berbagai pesan secara langsung kepada masyarakat. Namun pada sisi yang lain, perkembangan yang pesat ini justru memberikan
rasa khawatir atas munculnya bentuk intervensi
tayangan telivisi terhadap kehidupan psikologi anak-anak.
Kekhawatiran itu sangat wajar sebab tidak sedikit tayangan telivisi yang tidak
mengindahkan nilai-nilai edukasi, moral, tata susila dan hanya mengejar
keuntungan semata.
Namun meski diakui bahwa tidak sedikit stasiun telivisi
yang tetap mengedepankan aspek pendidikan dalam beberapa tayangannya. Dengan kata lain telivisi sebenarnya masih tetap bisa
memberi dampak positif pada pemirsanya selama pengelola stasiun telivisi
tersebut secara konsisten untuk memfungsikan telivisi
sebagaimana fungsi telivisi sebagai media massa.
Fungsi
Telivisi
Setidaknya ada empat
fungsi yang diusung oleh stasiun
penyiaran TV. Sebagaimana fungsi media massa lainnya,
telivisi mempunyai empat fungsi pokok yaitu ; fungsi sebagai lembaga pemberi
informasi publik, fungsi sebagai lembaga edukasi
atau memberi pendidikan, fungsi hiburan dan fungsi kontrol sosial.
Namun, secara umum pemanfaatan telivisi pada masyarakat Indonesia
masih terbatas hanya sebagai media hiburan dan media
informasi. Di Indonesi keempat fungsi telivisi tersebut belum optimal kecuali
fungsi menghibur dan fungsi informatif. Menonton TV
bukan merupakan perilaku yang salah. Pada tahap dan tingkatan
tertentu menonton telivisi bahkan dianjurkan. Yang tidak boleh adalah kecanduan menonton telivisi.
Pengaruh
TV
Secara psikologis menonton telivisi dalam rentang waktu yang panjang
dan dengan frekwensi (tingkat keseringan) yang tinggi bisa menimbulkan
kecanduan dan dapat membunuh daya imajinatif. Lebih daripada itu tontonan telivisi
yang ditonton dengan frekwensi dan intensitas yang tinggi akan merangsang
terjadinya metabolisme psikis secara berlebihan sehingga menyebabkan terjadinya
ketumpulan emosi seperti apatis, penghayal dan sebagainya.
Jika kebiasaan menonton telivisi dilakukan secara tidak bersama-sama maka dampak sosial yang terjadi adalah perilaku seperti lebih suka beraktivitas sendiri, tidak suka gaul, cuek pada
keberadaan orang lain , tidak peduli pada norma umum. Disamping itu, kecanduan
menonton telivisi jelas sangat mengganggu aktivitas belajar siswa sekolah. Sementara tidak sedikit
stasiun
TV yang menempatkan acara favorit anak-anak pada jam dimana
anak-anak seharusnya memulai kegiatan belajarnya.
Semua itu tidak luput adalah akibat intervensi yang
sangat kuat dari pelajaran-pelajaran yang termuat didalam tayangan telivisi. Akibat dari intervensi yang dilakukan TV terhadap perilaku
pemirsanya memang tidak seketika efeknya. Ia akan muncul secara evolutif.
Perlahan dan pasti telivisi kita menurunkan keutuhan aqidah,
keimanan dan mental
Peran orang tua
Pertama, membangun kesadaran bahwa telivisi mempunyai berbagai
fungsi dan memberi pengaruh baik maupun buruk bagi kehidupan pemirsany. Kedua, membuat kesepakatan
dengan anak tentang acara yang boleh dan tidak boleh ditonton. Ketiga, membuat kalender/jadual menonton TV. Keempat mendampingi anak nonton Telivisi.
Tayangan TV terbukti cukup efektif dalam membentuk dan
mempengaruhi perilaku anak-anak, lantaran media ini sekarang telah berfungsi sebagai rujukan dan
wahana peniruan. Untuk membantu anak agar dapat memanfaatkan tayangan TV secara
positif, sangat
membutuhkan peran optimal orang tua terutama dalam mendampingi dan mengawasi.
Orang tua perlu
terus mananamkan daya pikir yang kreatif anak dalam belajar. Orang tua tidak perlu
melarang anaknya menonton TV. Yang justru mendapat perhatian serius adalah
bagaimana orang tua memilihkan acara yang betul-betul bermanfaat bagi
pendidikan dan perkembangan anaknya.
Alfian(Jaringan Radio Komunitas Lampung)
Agus Guntoro(Ketua Radio Komunitas Gema
Lestari, Hanura)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar